BAB 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kemampuan berbahasa dalam
KBK mencakup empat
aspek penting, yaitu (1) keterampilan mendengar, (2) keterampilan berbicara,
(3) keterampilan membaca, dan (4)
keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa ini berhubungan erat dalam usaha
seseorang memperoleh kemampuan berbahasa yang baik. Berbagai usaha dilakukan
untuk membina dan mengembangkan bahasa agar benar-benar memenuhi fungsinya.
Salah satu
cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah melalui program pendidikan di sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Menurut Depdiknas,1 mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
1) berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan;
2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa
indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3) memahami bahasa indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4) menggunakan bahasa indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan
6) menghargai dan membanggakan sastra
indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia (Sic).
Penggunaan
aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya.
Menyimak dan membaca erat hubungan dalam
hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan
menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan
makna.2 Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang
diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang
menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk
diekspresikan secara tertulis. Kemudian, Crimmon 3 mengatakan bahwa
menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis
ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata. Keterampilan
menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan,
dan mempengaruhi pembaca.
1 Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka,hal
6-7.
2 Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak
Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, hal 10.
3 Kurniawan, Khaerudin. 2006. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut. Yogyakarta:
FBS Universitas Negeri
Yogyakarta, hal 122
Maksud dan
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang
dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis
dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran,
organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan
siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya
setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi
maupun nonfiksi. Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan peresapan,
pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperoleh dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan
berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekedar
menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.
Tujuan
pembelajaran menulis belum dicapai secara maksimal oleh siswa. Menurut
Trimantara,4 penyebab
terhadap tidak tercapainya tujuan pembelajaran menulis meliputi
1) rendahnya tingkat penguasaan kosa kata
sebagai akibat rendahnya minat baca;
2) kurangnya penguasaan keterampilan
mikrobahasa, seperti penggunaan tanda
baca, kaidah-kaidah penulisan, diksi, penyusunan kalimat dengan struktur yang
benar, sampai penyusunan paragraf;
3) kesulitan menemukan metode pembelajaran
menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa; serta
4) ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran
menulis yang efektif.
Karena
pentingnya keterampilan menulis, pengembangan pembelajaran menulis perlu
ditingkatkan. Peningkatan pembelajaran menulis dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan. Purwo 5 mengatakan
kegiatan pengembangan pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan kegiatan
mengembangkan logika, melatih daya imajinasi, merangkai kata menjadi kalimat,
dan merangkai kalimat menjadi paragraf. Hal ini dilakukan untuk mengaktifkan
daya kreatif siswa dalam mengasah kecerdasan mareka.
Tes kemampuan
menulis dapat divariasikan dalam berbagai bentuk tulisan. Tekniknya dapat
disajikan data verbal, gambar, tabel, teks, peta, bagan. Dari data-data itu,
siswa diminta untuk menulis sebuah karangan. Melalui kegiatan inilah kemampuan
komunikatif siswa diukur secara terintegrasi (Mahmud, 2003:14).
Penggunaan teks
wawancara sebagai alat bantu dalam mengembangkan karangan narasi akan membantu
siswa untuk menceritakan kembali sesuatu
peristiwa atau kejadian secara kronologis. Kegiatan seperti ini menyuburkan
kesempatan kreatif bagi siswa dalam menampilkan gagasan dan keahlian memilih kata
serta merangkainya menjadi kalimat.
4 Trimantara, Petrus. 2005. ”Metode
Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu”. Jurnal Pendidikan Penabur, No.05/
Th.IV: 2-5, hal 1.
5 Purwo, Bambang Kaswati. 1990. Pragmatik dalam pengajaran Bahasa. Yogyakarata Karnisius, hal 171.
Penelitian ini mencoba mengukur kemampuan menulis siswa melalui ”Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan
Teks Wawancara oleh Siswa Kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya”. Adapun tujuan utamanya adalah mendeskripsikan kemampuan menulis siswa
kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya melalui mengembangkan
teks wawancara menjadi karangan narasi. Hal ini dilakukan karena selama ini
siswa SMP masih dianggap belum mampu untuk menulis dengan alasan menulis itu
cukup sulit untuk dikuasai oleh mereka,
padahal siswa SMP ditutut memenuhi kemampuan yang memadai dalam menulis.
Pemilihan siswa kelas I SMPN 1
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya sebagai populasi penelitian didasari
atas pertimbangan (1) sebagaimana siswa di SMP lainnya, siswa kelas I SMPN 1
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya telah mendapat pengajaran menulis
sebagaimana tertera dalam kurikulum yang berlaku,(2) setelah menjalani
pembelajaran, siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis, dan
(3) siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya perlu mendapat pembinaan yang intensif dalam
menulis.
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarka latar
belakang di atas, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks
wawancara oleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya?
1.3
Tujuan
Penelitian
Secara umum penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan
Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Secara khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan mengembangkan karangan narasi berdasarkan
teks wawancara oleh mereka.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hal ini tidak terlepas dari upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
yang mewajibkan penuturnya menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.
Penelitian ini juga menjadi pengetahuan, khususnya bagi peneliti, siswa, guru,
dan masyarakat umum.
1.5 Populasi dan Sampel
Penelitian
1.5.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
Jumlah populasi seluruhnya adalah
190 siswa. Adapun rincian populasi tersebut dapat dilihat berikut ini.
TABEL 1
RINCIAN POPULASI
No.
|
Kelas
|
Jumlah siswa
|
1.
|
I.1
|
26
|
2.
|
I.2
|
41
|
3.
|
I.3
|
42
|
4.
|
I.4
|
41
|
5.
|
I.5
|
40
|
Jumlah
|
190
|
1.5.2 Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini tergolong banyak, oleh karena itu dilakukan
penelitian sampel. Penetapan sampel
penelitian ini didasarkan pada pedapat Arikunto (1998:120) “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,
jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan
peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besarnya resiko peneliti.”
Berdasarkan
pendapat di atas, sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 25% dari jumlah
populasi sebanyak 190 siswa, yaitu 48 responden. Sampel tersebut diambil secara acak pada lima
kelas paralel. Dengan demikian, setiap kelas diambil 25% sebagai sampel penelitian. Adapun rincian
sampel tersebut dapat dilihat berikut ini.
TABEL 2
RINCIAN SAMPEL
No.
|
Kelas
|
Jumlah siswa
|
1.
|
I.1
|
6
|
2.
|
I.2
|
11
|
3.
|
I.3
|
11
|
4.
|
I.4
|
10
|
5.
|
I.5
|
10
|
Jumlah
|
48
|
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penganalisisan deskriptif kuantitatif
yang bermaksud mendeskripsikan kemampuan mengembangkan karangan narasi
berdasarkan teks wawancara oleh siswa kelas I
SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya secara objektif. Hal ini dilakukan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh murid dalam menulis, khususnya menulis karangan
narasi bardasarkan teks wawancara.
1.6.2 teknik Penelitian
1.6.2.1 Teknik Pengumpulan
Data
Objek penelitian ini adalah karangan siswa. Siswa diberi tugas menulis
karangan narasi berdasarkan teks wawancara dengan waktu yang telah ditentukan
(90 menit). Instrumen yang digunakan adalah teks wawancara. Teks
wawancara tersebut dikembangkan menjadi karangan narasi. Teks wawancara yang
telah diubah menjadi karangan narasi diberi penilaian berdasarkan aspek-aspek
yang telah ditentukan. Aspek penilaian tersebut dibagi atas dua jenis, yaitu
aspek substansi dan aspek kebahasaan. Adapun rincian aspek ini adalah sebagai
berikut.
TABEL 3
ASPEK SUBSTANSI
No.
|
Aspek penilaian
|
Skor maksimum
|
Skor siswa
|
1.
|
susunan kronologis
|
30
|
|
2.
|
kesesuaian isi narasi dengan teks wawancara
|
30
|
|
Jumlah
|
60
|
TABEL 4
ASPEK KEBAHASAAN
No.
|
Aspek penilaian
|
Skor maksimum
|
Skor siswa
|
1.
|
ejaan
|
10
|
|
2.
|
diksi
|
10
|
|
3.
|
kalimat efektif
|
10
|
|
4.
|
paragraph
|
10
|
|
Jumlah
|
40
|
1.6.2.2 Teknik Pengolahan Data
Sesuai dengan metode yang telah
dilakukan, prosedur pengolahan data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu
1)
memeriksa
karangan siswa berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan;
2)
memberikan
skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan ketentuan pengskoran yang telah
ditetapkan. kemudian, skor yang diperoleh oleh setiap siswa dihitung sebagai
nilai kemampuan siswa yang bersangkutan;
3)
merekap
data penilain yang diperoleh siswa untuk setiap aspek yang diteliti; dan
4)
menjumlahkan
nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek yang diteliti, kemudian mencari
nilai rata-ratanya.
Setelah diperoleh
nilai rata-rata, langkah selanjutnya adalah menentukan klasifikasi penilaian
dengan menggunakan skala Depdiknas 6 yaitu, sebagai berikut.
TABEL 5
KUALIFIKASI NILAI
No.
|
Kualifikasi
|
Skor
|
1.
|
sangat
baik
|
85-100
|
2.
|
baik
|
70-84
|
3.
|
cukup
|
55-69
|
4.
|
kurang
|
40-54
|
5
|
sangat
kurang
|
≤ 39
|
0 komentar: