Minggu, 30 September 2012

Diposting oleh Arief Dwi Pranata | 0 komentar

Halaman Awal Makalah


Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara oleh Siswa Kelas 1 SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya






Disusun oleh   : Arief Dwi Pranata
NIM          : 2012-31-055









JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
STT-PLN
TAHUN 2012

0 komentar:

Jumat, 28 September 2012

Diposting oleh Arief Dwi Pranata | 0 komentar

BAB 3


BAB 3
HASIL PENELITIAN

3.1 Hasil Pengumpulan Data
         
Data penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara. Penilaian terhadap data penelitian ini meliputi aspek substansi dan aspek kebahasaan. Skor aspek substansi adalah 60 yang terdiri atas skor susunan kronologis 30 dan skor kesesuaian isi narasi dengan teks wawancara 30. Adapun skor untuk aspek kebahasaan adalah 40 yang terdiri atas ejaan 10, diksi 10, kalimat efektif 10, dan paragraf 10.
Data penelitian disajikan atau diklasifikasikan dalam tabel. Adapun nilai-nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes kemampuan mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah sebagai berikut.
TABEL 7
DATA KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KARANGAN NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA

No.
Nama
Aspek Penilaian
Substansi
Kebahasaan

Jumlah
Kronologis
Kesesuaian
Ejaan
Diksi
Kalimat efektif
Paragraf
1.
Wahya Alfari
10
20
7
5
3
3
48
2.
Zainal
10
20
5
4
3
3
45
3.
Alam Syah
9
12
4
3
3
2
33
4.
Fadlul ramadhan
25
25
8
7
5
5
75
5.
Syarifah Siti Khatijah
26
25
7
7
5
4
74
6.
Cut Maladewi
6
8
4
3
3
2
26
7.
Zahrul Aini
7
10
5
3
3
3
31
8.
Suriani
5
7
5
3
3
3
26
9.
Jehan Larasati
20
18
7
5
4
3
57
10.
M. Jamal
7
6
3
3
3
3
25
11.
Rahmad Radali
8
12
5
3
4
3
35
12.
Teuku Hamzah
4
5
6
3
3
2
23
13.
Putri Andriani
18
20
8
7
6
4
63
14.
Ririn Sandari
26
27
8
8
7
5
81
15.
Munawar
18
17
7
6
5
4
57
16.
Riko
7
7
5
4
3
2
28
17.
Khalis Auli
12
8
6
5
3
3
37
18.
Mailizatur Rahmi
23
21
8
6
5
4
67
19.
Suhardini
8
15
6
3
3
3
38
20.
Sari Rahma Hayati
7
10
3
4
2
3
29
21.
Sri Kuswanti
7
6
4
4
3
2
26
22.
Said Munasar
9
13
4
4
3
3
36
23.
Mahmuddin. A
4
12
4
4
3
3
30
24.
Chairatul Ulya
15
18
7
5
5
4
54
25.
Ade Supardi
13
19
6
4
4
4
50
26.
Yulia Siska
10
8
7
5
4
3
37
27.
Rosmanidar
24
25
8
8
7
5
77
28.
Ahmad Dailami
13
20
7
8
6
5
59
29.
Desliani
10
15
4
4
3
3
39
30.
Ait Safriana
7
8
3
3
2
2
25
31.
Rizki Adlian
6
5
2
3
2
2
20
32.
Andia Darmawi
6
8
2
3
3
2
24
33.
Ridki Rahmat
8
14
4
4
3
3
36
34.
Desi Marlina
9
15
5
4
3
3
39
35.
Desi Santi Riana
20
25
6
5
5
4
65
36.
Rina Wati
21
24
6
5
4
4
64
37.
Ronal Sutiawan
10
15
5
4
3
3
40
38.
Maizatul Marvirah
13
18
6
5
4
3
49
39.
Aswatul Ulfa
8
17
3
4
3
2
37
40.
Zian Rahma
14
19
6
8
5
3
55
41.
Lilil Amri
7
12
3
3
3
3
31
42.
Yuyun Marlina
23
24
6
5
4
4
66
43.
Sani Yufriami
24
25
7
7
6
4
73
44.
Marzalena
25
26
7
7
6
5
76
45.
Deni Irsan
7
8
3
2
2
2
24
46.
Novia Riani
19
23
6
5
4
4
61
47.
Rahmad Sauhari
12
11
3
2
2
2
32
48.
Noviana
20
22
4
3
4
3
56
Jumlah
620
748
255
220
182
154
2179

3.2 Pengolahan dan Penganalisisan Data
         
Data penelitian ini diolah dengan mengunakan teknik stastistik. Pengolahan data yang berupa nilai mentah kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara dilakukan dengan menyusun tabel distribusi frekuensi  dan menghitung nilai rata-rata (mean). Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut.

3.2.1 Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan data nilai kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara, apabila dilihat persentase siswa dalam sebaran nilai klasifikasi Depdiknas (2004) adalah  sebagai berikut.





TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMAMPUAN  MENGEMBANGKAN KARANGAN NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA OLEH SISWA KELAS I SMPN 1 KECAMATAN SEUNAGAN
KABUPATEN NAGAN RAYA

No.
Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualitatif
Kuantitatif
1.
sangat baik
85-100
0
0%
2.
baik
70-84
6
12,5%
3.
cukup
55-69
10
20, 8%
4.
kurang
40-55
7
14,6%
5
sangat kurang
≤ 39
25
52,1%
Jumlah
48 (100%)
100%


3.2.2 Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean)
Nilai rata-rata kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah sebagai berikut.


Jadi, kemampuan rata-rata siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah 45,39 dan dibulatkan menjadi 45. Apabila nilai rata-rata ini dimasukkan ke dalam klasifikasi nilai mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara, nilai rata-rata (mean) tersebut termasuk kategori kurang. Dengan kata lain, mereka belum mampu mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara.
Gambaran di atas merupakan kemampuan mereka secara umum. Adapun gambaran kemampuan secara khusus atau berdasarkan aspek penilaian tertentu adalah sebagai berikut.



3.3 Gambaran Kemampuan Siswa Secara Khusus
         
Kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara dapat dianalisis secara khusus. Secara khusus kemampuan itu diklasifikasikan atas aspek susbtansi dan aspek kebahasaan. Aspek susbtansi terdiri atas kemampuan menyusun kronologis dan kemampuan menyesuaikan isi narasi dengan teks wawancara. Sedangkan aspek kebahasaan meliputi kemampuan menggunakan ejaan, diksi, kalimat efektif, dan paragraf. Untuk mengetahui persentase rata-rata pada setiap aspek penilaian, setiap nilai rata-rata aspek tersebut dibagikan dengan skor maksimal lalu dikalikan dengan seratus.

3.3.1 Kemampuan Menyusun Kronologis

Kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya menggunakan susunan kronologis dalam karangan narasi berdasarkan teks wawancara merupakan aspek utama dalam penilaian karangan siswa. Kemampuan ini dinilai melalui urutan gagasan yang dikembangkan dengan mengunakan urutan kronologis atau urutan waktu. Hubungan yang menyatakan waktu tersebut  ditandai dengan penggunaan kata penghubung, seperti waktu, sewaktu, ketika, tatkala, tenggah, sedang, tiap kali, sebelum, setelah, sesudah, sehabis, sejak, semenjak, selagi, semasa, sementara, selama, setiap, setiap kali, sehingga, dan sampai.
Adapun skor untuk aspek ini adalah 30. Skor maksimal yang diperoleh mereka adalah 26 dan skor minimal 4. Berdasarkan tabel 7, nilai rata-rata kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara pada aspek menyusun kronologis adalah sebagai berikut.



Skor rata-rata aspek kemampuan menggunakan susunan kronologis adalah 12,91 dan dibulatkan menjadi 13. Skor ini terlihat belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan pada aspek ini adalah 30. Untuk mengetahui skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menyusun kronologis termasuk dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasian berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata ini (13) dibagikan dengan skor maksimal (30) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 43.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 43 termasuk dalam ketegori kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menyusun kronologis tergolong dalam kategori kurang.

3.3.2 Kemampuan Menyesuaikan Isi Narasi dengan Teks Wawancara

Selain kemampuan menyusun kronologis,  kemampuan menyesuaikan isi narasi dengan teks wawancara juga merupakan aspek penilaian dari segi subsatansi. Penilaian ini juga dinyatakan dalam bentuk skor. Skor maksimal yang diperoleh mereka adalah 27 dan skor minimalnya 5. Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa jumlah skor nilai pada aspek ini adalah 756. Untuk mengetahui nilai rata-rata pada aspek ini, jumlah skor rata-rata tersebut dibagikan dengan jumlah siswa.



Jadi, skor rata-rata aspek ini adalah 16. Skor ini belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan pada aspek ini adalah 30. Untuk mengetahui skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menyesuaikan isi narasi dengan teks wawancara termasuk dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasian berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata ini (16) dibagikan dengan skor maksimal (30) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 53.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 53 termasuk dalam ketegori kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menyesuaikan isi narasi dengan teks wawancara  tergolong dalam kategori kurang.

3.3.3 Kemampuan Menggunakan Bahasa

Analisis data ini dilakukan dengan identifikasi kesalahan-kesalahan menggunakan bahasa. Setelah diidentifikasi, kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga akan terlihat kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh siswa. Kemampuan menggunakan bahasa dalam karangan siswa dianalisis meliputi kemampuan menggunakan ejaan, diksi, kalimat efektif, dan paragraf. Adapun prosedur pengolahan data dan gambaran mengenai kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut ini.

3.3.3.1 Kemampuan Menggunakan Ejaan
Kemampuan menggunakan ejaan dinyatakan dalam bentuk skor. Adapun skor untuk aspek ini adalah 10. Skor maksimal yang diperoleh mereka adalah 8 dan skor minimal 4. Nilai rata-rata kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya menggunakan ejaan dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara adalah sebagai berikut.

Jadi, skor rata-rata aspek ini adalah  5,31 dan dibulatkan menjadi 5. Skor ini terlihat belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan pada aspek ini adalah 10. Untuk mengetahui skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menggunakan ejaan termasuk dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata ini (5) dibagikan dengan skor maksimal (10) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 50.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 50 termasuk dalam ketegori kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan ejaan dengan tepat tergolong dalam kategori  kurang.
Adapun kesalahan penggunaan ejaan yang ditemukan pada karangan siswa cukup beragam. Ketidaktepatan menggunaan ejaan tersebut meliputi  (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, dan (4) pemakaian tanda baca. Adapun kesalahan yang sering dilakukan mereka adalah penggunaan tanda baca. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh kesalahan penggunaan ejaan tersebut.
(1)  Kadang - kadang mereka juga membantu orang tuanya.
(2)  Bapak terus menerus bekerja.
(3)  Kadang ** pembeli Pak Karim cukup banyak.
(4)  ... anak tersebut bernama adi dan bapak penjual bakso.
(5)  Waktu itu  pak karim tidak memiliki perkerjaan.
(6)  Dia Menanyakan tentang Pak Karim Menjual bakso.
(7)  ”Anak Bapak berapa orang dan sekolah dimana?”
(8)  ....agar keuntunganpun bertambah besar.

(9)  ” Bapak senang di wawancarai.”
(10)   Bertanya apa !

Berdasarkan contoh-contoh di atas, terbukti bahwa kesalahan pengunaan ejaan yang dilakukan siswa sangat beragam. Kesalahan pada kalimat (1) adalah tanda hubung diikuti spasi pada bentuk pengulangan kadang-kadang. Tanda hubung dingunakan untuk merangkai kata ulang. Dalam pedoman ejaan, kata ulang harus dituliskan dengan dirangkaikan tanda hubung. Kesalahan kalimat (2) tidaka ada tanda hubung pada bentuk  reduplikasi terus menerus. Selain itu, penggunaan angka dua atau bentuk (**) pada bentuk reduplikasi kalimat (3) juga tidak dibenarkan.
Kata adibapak pada kalimat (4), dan pak karim pada kalimat (5) merupakan nama orang dan kata penujuk kekerabatan. Bentuk tersebut ditulis dengan huruf awal kapital  karena unsur-unsur nama orang dan kata penujuk kekerabatan seperti bapak, ibu saudara, kakak, adik, paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan ditulis dengan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertamanya. Selain itu, pada kalimat (6) kata Menanyakan dan Menjual seharusnya tidak ditulis denga huruf kapital.
Karena di, ke, sering kita temukan serangkai, hal itu tentu melanggar kaidah ejaan. Kata dipada bentuk dimana pada kalimat (7) harus ditulis terpisah dari kata yang mengiringinya karena merupakan kata depan (preposisi). Biasanya bentuk di  sebagai kata depan ini berfungsi menyatakan arah atau tempat dan merupakan jawaban di mana.
Partikel pun pada kalimat (8) ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Kemudian, bentukdi wawancarai pada kalimat (9) merupakan afiksasi. Afiks di- yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata kerja pasif harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Oleh karena itu, penulisan betuk tersebut tidak dipisahkan dari bentuk dasarnya.
Kalimat (10) merupakan kalimat tanya (introgatif). Seharusnya, bentuk apa ! tidak ditulis dengan menggunakan tanda seru (!), melainkan dengan tanda tanya (?). Selain kesalahan tersebut, penulisan tanda baca pun pada kalimat yang sama seharusnya juga tidak dipisahkan dengan kata yang mengikutinya karena bentuk tersebut harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jadi, kalimat tersebut baru benar bila diubah, seperti berikut.
             (1a )  Kadang-kadang mereka juga membantu orang tuanya.
            (2a)  Bapak terus-menerus bekerja.
            (3a)  Kadang-kadang pembeli Pak Karim cukup banyak.
            (4a) ... anak tersebut bernama Adi dan Bapak penjual bakso.
             (5a) Waktu itu  Pak Karim tidak memiliki perkerjaan.
            (6a) Dia menanyakan tentang Pak Karim menjual bakso.
            (7a) ”Anak Bapak berapa orang dan sekolah di mana?”
            (8a)  ....agar keuntungan pun  bertambah besar.

            (9a)  “Bapak senang diwawancarai.”
  (10a)  Bertanya apa?

3.3.3.2 Kemampuan Menggunakan Diksi
Kemampuan menggunakan diksi merupakan salah satu subaspek penilaian pada aspek penggunaan kebahasaan dalam karangan siswa. Adapun skor maksimal yang diperoleh mereka adalah 8 dan skor minimalnya 2.  Jumlah skor seluruhnya pada aspek ini adalah 220. Untuk mengetahui nilai rata-rata, jumlah skor tersebut dibagikan dengan jumlah sampel, seperti berikut.



Jadi, skor rata-rata kemampuan menggunakan diksi adalah 4,58 dan dibulatkan menjadi 5. Skor ini terlihat belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan pada aspek ini adalah 10. Untuk mengetahui
skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menggunakan diksi termasuk ke dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata ini (5) dibagikan dengan skor maksimalnya (10) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 50.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 50 termasuk dalam ketegori kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan diksi tergolong dalam kategori kurang.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memberi gambaran yang jelas bahwa para siswa banyak melakukan            kesalahan dalam pemilihan kata (diksi). Kesalahan yang mereka lakukan seperti penggunaa bentuk superlatif, penggunaa kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda (poliesemi), dan penggunaan makna kesalingan secara berganda (resoprikal).
Beberapa kata yang  kesalahan pemakaiannya cukup sering dilakukan adalah penggunaan kata-kata yang mirip secara berganda. Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam memilih kata (diksi).

1) Bentuk superlatif
(1)    Nama anak Pak Karim sangat bagus sekali....
(2)    Anak Pak Karim termasuk anak yang sangat padai sekali.
Kalimat  (1) salah karena kalimat tersebut merupakan bentuk superlatif. Bentuk superlatif merupakan bentuk yang mengandung arti ‘paling’ dalam suatu perbandingan. Bentuk tersebut dapat dihasilkan dengan suatu kata sifat ditambah kata-kata amat sangat, paling, sekali, atau imbuhan ter_ yang mengandung arti ’paling’. Jika kedua kata ini dingunakan sekaligus dalam suatu kalimat, terjadilah sebuah bentuk superlatif yang berlebihan. Jadi, kalimat tersebut baru benar bila diubah, seperti berikut.
(1a)  Nama anak Pak Karim bagus sekali....
(1.b) Nama anak Pak Karim bagus cantik....
(2a) Anak Pak Karim termasuk anak yang padai sekali.
(2a) Anak Pak Karim termasuk anak yang sangat padai.

(2) Penggunaa kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara   
      berganda (poliesemi)

(2)    Lalu Adi bertaya kemudian, di mana Pak Karim membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bakso tersebut. 

(3)   Adi pun bertanya lagi....
(4)    Anak itu langsung memulai mewawancaranya.
(5)    Mereka berbicara sejak mulai  siang.
(6)   Pak Karim berjualan bakso hanya untuk mempertahankan kehidupan keluarganya saja.
(7)   Banyak orang-orang membeli bakso di tempat Pak Karim.

Kesalahan kalimat (2), (3), (4), (5) (6), dan (7) adalah  terdapat bentuk pleonasme, yaitu kata-kata atau frasa yang berlebihan/berganda maknanya. Bentuk ini bila dihilangkan salah satu unsurnya, maknanya tetap utuh. Kalimat- kalimat tersebut baru benar bila diubah, seperti berikut.
      
(3a) Lalu, Adi bertaya, “Di mana Pak Karim membeli bahan-bahan    
       yang diperlukan untuk membuat bakso tersebut.”

(3b)  Kemudian, Adi bertaya, “Di mana Pak Karim membeli bahan-bahan  
        yang diperlukan untuk membuat bakso tersebut.”

(4a)  Adi pun bertanya....
(4b)  Adi bertanya lagi....
(5a)  Anak itu memulai mewawancaranya.
(5b)  Anak itu langsung mewawancaranya.
(6a)  Mereka berbicara mulai siang...
(6b)  Mereka berbicara sejak siang...
(7a)  Pak Karim berjualan bakso hanya untuk mempertahankan 
        kehidupan keluarganya.

(7b) Pak Karim berjualan bakso untuk mempertahankan kehidupan 
        keluarganya saja.
(8a)  Banyak orang membeli bakso di tampat Pak Karim.
(8b)  Orang-orang membeli bakso di tampat Pak Karim.

3)  Penggunaan makna kesalingan secara berganda (resiprokal)
(8)  Pak Karim dan anaknya saling bantu- membantu.
Kesalahan pada kalimat (8) adalah penggunaan bentuk bahasa yang mengandung arti bebalasan. Bentuk ini  dihasilkan dengan menggunakan kata saling dengan kata ulang beribuhan. Akan tetapi, jika ada bentuk yang berarti ‘berbalasan’ itu dengan cara pengulangan kata sekaligus dengan pengunaan kata saling sehingga terjadi bentuk resiproka, seperti disebutkan pada kalimat (8). Jadi, kalimat tersebut baru benar bila diubah, seperti berikut.

(8a) Pak Karim dan anaknya saling mambantu.
(8b) Pak Karim dan anaknya bantu-mambantu.

Selain itu, penggunaan kata katakan pada kalimat (9) dan jam pada kalimat (10)  berikut ini juga tidak tepat.
(9)   Hal yang pertama ia katakan adalah berbasa-basi.
(10) Bapak buka warung pada pukul 09.00 dan bapak tutup jam 19.00    
        malam.
Seharusnya,  kata tersebut ‘katakan’ diganti dengan kata ‘lakukan’. Kata  jam yang berarti menujukkan rentang waktu atau benda dan pada kalimat (10), seharusnya juga diganti dengan kata pukul yang berartimenujukkan waktu. Jadi, perbaikan terhadap kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
 (9a)   Hal yang pertama ia lakukan adalah berbasa-basi.
 (10a)  Bapak buka warung mulai pukul 09.00 sampai  pukul 19.00.
Berdasarkan data penelitian dan sampel kesalahan tersebut, kemampun mereka menggunakan ketepatan pilihan kata, seperti membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonmi, dan  membedakan kata umum dan kata khusus masih kurang. Padahal, ketepatan pilihan kata (diksi) menentukan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat.

3.3.3.3 Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif

Sama halnya dengan kemampuan menggunakan ejaan dan diksi, kemampuan menggunakan kalimat efektif juga merupakan salah satu aspek penilaian dari segi penggunaan bahasa dalam karangan siswa. Skor maksimal yang diperoleh mereka pada aspek ini adalah 7 dan skor minimal 2. Adapun nilai rata-rata kemampuan menggunakan kalimat efektif adalah sebagai berikut.

Skor rata-ratanya adalah 3,79 dan dibulatkan menjadi 4. Skor ini terlihat belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan pada aspek ini adalah 10. Untuk mengetahui skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menggunakan kalimat efektif termasuk dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata (4) dibagikan dengan skor maksimal (10) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 40.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 40 termasuk dalam ketegori kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan kalimat efektif tergolong dalam kategori kurang.
Kalimat-kalimat yang dibuat siswa umunya merupakan kalimat tidak efektif. Kalimat tersebut tidak memenuhi syarat-syarat kalimat efektif seperti unsur-unsur kalimat tidak jelas, bagian-bagian kalimat tidak sejajar, bagian kalimat banyak yang dipenggal, bagian-bagian yang sama sering digunakan, dan sebagian kalimat tidak disusun menurut kaidah bahasa tersebut. Adapun kesalahan-kesalahan yang sering dilakukakan berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, kalimat berbelit-belit, pemengalan kalimat, penghilangan konjungsi, dan penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Karena hal tersebut, kalimat-kalimat yang ditata mereka mengandung lebih dari satu kesatuan informasi atau tidak lengkapnya informasi. Oleh karena itu, kalimat yang ditata mereka sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan makna.  Berikut ini adalah sampel ketidakefektifan kalimat  tersebut beserta perbaikannya.

1) Pemisahan bagian kalimat majemuk

(1)   Waktu itu Bapak tidak memiliki pekerjaan. Karena pabrik tempat Bapak   
       bekerja bangkrut.

(2) Mereka tetap sekolah. Walaupun Bapak  harus bekerja keras.


Kalimat di atas salah kerena unsur ketarangan pada kalimat tersebut yang ditandai dengan katakarena dan walaupun dipisah menjadi bagian tersendiri. Dengan kata lain, kalimat tersebut dipenggal. Kalimat yang dipenggal itu masih mempuyai hubungan gantung dengan Kalimat lainya. Kalimat yang memepunyai hubungan gantung itu disebut anak kalimat, sedangkan kalimat yang digantunginya disebut induk kalimat. Jika kalimat tungga diawali kata penghubung, bagian kalimat itu akan menjadi anak kalimat yang tidak memiliki induk kalimat.  Kalimat tersebut menjadi benar apabila unsur keterangan itu tidak berdiri sendiri karena bukan merupakan kalimat baru.

(1a) Waktu itu Bapak tidak memiliki pekerjaan karena pabrik tempat Bapak 
        bekerja bangkrut.

(1b) Karena pabrik tempat Bapak bekerja bangkrut, waktu itu Bapak tidak 
         memiliki pekerjaan.

(2a) Mereka tetap sekolah walaupun Bapak  harus bekerja keras.

(2a) Walaupun Bapak  harus bekerja keras, mereka tetap sekolah.


2) Penghilangan konjungsi

(3)   Mendengar jawaban dari Pak Karim, Adi merasa kasihan kepada Pak 
        Karim.

 (4)  Pulang sekolah, mereka membantu Bapak. 


Kalimat di atas salah karena kata penghubung penanda anak kalimatseperti ketika, setelah, dan agar seharusnya dinyatakan secara gamblang di depan anak kalimat . Jadi, pembenaran kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(3a) Setelah mendengar jawaban dari Pak Karim, Adi merasa kasihan kepada 
       Pak Karim.

(3b)  Adi merasa kasihan kepada Pak Karim setelah mendengar jawabannya.

(4a)  Ketika pulang sekolah, mereka membantu Bapak.

(4b)  Mereka membantu Bapak ketika pulang sekolah. 


3) Unsur kalimat tidak jelas

(5) Yang kedua yang namanya Nina yang sekolah di SD kelas 3.

(6)    Bapak yang menjual bakso itu.

(7)    Anak bapak itu yang pertama yang bernama Rudi yang duduk di kelas 1 SMP dan anak yang kedua baru duduk di kelas 3 SD.

(8)  Pak Karim akan mengolah bakso dengan istrinnya.


Unsur kalimat  di atas tidak jelas  Kalimat (5) tidak ada subjek dan predikat. Padahal kedua unsur tersebut wajib hadir dalam sebuah kalimat . Kalimat  (6) merupakan kalimat yang belum berpredikat.
Kalimat (7) merupakan kalimat yang belum berpredikat juga. Hal ini terjadi akibat adanya keterangan subjek yang beruntun, kemudian keterangan itu diberi keterangan lagi sehingga penulisnya lupa kalau kalimat yang ia buat itu belum lengkap, belum berpredikat, misalnya sebelum predikat tersebut dicantumkan kata yangatau dan sehingga kalimat predikat menjadi hilang. Jadi, penghilangan kata yang  pada kalimat (7) dapat menghasilkan kalimat yang benar atau kalimat yang mengandung subjek dan predikat. Subjek kalimat ini adalah anak Bapak itu pertama, predikatnya bernamaRudi pelengkap, dan yang duduk di kelas 1 SMP dan anaknya yang kedua baru duduk di kelas 3 SD merupakan pewatas pelengkap. Jadi, perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Kalimat (8) tidak memiliki  predikat karena didahului kata preposisi akan. Fungsi predikat kabur bila diadahului preposisi. Seharusnya preposisi tersebut (akan) tidak dinggunakan. Jadi, alternatif perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
           (5a)  Anak kedua bernama Nina yang sekolah di kelas III SD.

(5b) Nina yang sekolah di kelas III SD merupakan anak kedua.

(6a) Bapak penjual bakso itu.

(7a) Anak Bapak itu bernama Rudi yang duduk di kelas 1 SMP dan anak 
       yang kedua baru duduk di kelas III SD.

            (8a) Pak Karim mengolah bakso dengan isterinya.

            (8a)  Bakso itu diolah oleh Pak Karim dan istrinya.


4)  Penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat

(9)  Meskipun Pak Karim berkeinginan anaknya sukses tetapi itu tidak  
       dengan mudah membiayai pendidikan mereka.

Penggunaan pasangan kata pada kalimat (9) meskipun...tetapi... pada kalimat tersebut akan menimbulkan kerancuan pikiran. Kata meskipun menyatakan ‘alahan’, sedangkan kata tetapimenyatakan ‘perlawanan’. Penggabungan kedua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran yang tidak logis. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
(9a)   Pak Karim berkeinginan anaknya sukses  tetapi itu tidak
         mudah membiayai pendidikan mereka.

(9b)  Meskipun Pak Karim berkeinginan anaknya sukses, itu tidak
        mudah  membiayai pendidikan mereka.


4) Kaidah penalara

(10) Karena pabrik bapak mulai bangkrut bapak-bapak susah mendapatkan 
        pekerjaan.


Kalimat di atas tidak baku. Kesalahan pertama, penghubung kalimat tersebut seharusnya digunakan tanda koma (,) untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat yang didahului anak kalimat. Kesalahan kedua, kata karena seharusnya diganti dengan setelah. Selain itu, kalimat tersebut juga tidak bernalar. Hal ini terjadi karena pengulangan kata Bapak-bapak. Mustahil Bapak-bapak susah mendapatkan pekerjan karena pabrik Pak Karim bangkrut.  Jadi, alternatif perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(10a) Setelah pabrik Bapak mulai bangkrut, Bapak susah mendapatkan 
         pekerjaan.

(10a) Bapak susah mendapatkan pekerjaan setelah pabrik Bapak bangkrut.

(5)   Kalimat berbelit-belit

(11) Pak Karim berenjual bakso dengan istri dan juga dua orang anaknya, kedua anaknya itu sudah sekolah, yang satu bersekolah di SMP yang kedua sekolah di SD.

Karena beberapa gagasan yang disampaikan digabungkan menjadi satu kalimat, kalimat di atas sukar dipahami. Padahal, jika dipilah-pilah menjadi bagian- bagian yang sejalan dengan pokok pikiran yang dikemukakan, kalimat  tersebut mudah dipahami. Jadi, perbaiakan terhadap kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(11a) Pak Karim berenjual bakso dengan istri dan juga dua orang anaknya. Kedua  anaknya itu sudah sekolah. Anak yang pertama  sekolah di SMP dan anak kedua sekolah di SD.


3.3.3.4 Kemampuan Menyusun Paragraf
Selain kemampuan menggunakan ejaan, diksi, dan kalimat efektif, kemampuan menyusun paragraf juga merupakan salah satu bagian dari penilaian pada aspek kebahasaan. Adapun skor untuk aspek ini adalah 10. Skor maksimal  yang diperoleh mereka adalah 5 dan skor minimal 2. Berdasarkan tabel 7, nilai rata-rata kemampuan siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada aspek ini adalah sebagai berikut.


Skor rata-rata pada aspek ini adalah 3,16 dan dibulatkan menjadi 3. Skor ini terlihat belum memenuhi harapan karena skor maksimal yang diharapkan  pada aspek ini adalah 10. Untuk mengetahui skor atau nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas I SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya  tentang kemampuan menyusun paragraf termasuk dalam kategori mana, nilai rata-rata tersebut diklasifikasian berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas. Oleh karena itu, nilai rata-rata ini (3)  dibagikan dengan skor maksimalnya (10) lalu dikalikan dengan seratus (100). Jadi, nilai rata-rata tersebut adalah 30.
Berdasarkan klasifikasi nilai Depdiknas, skor 30 termasuk dalam ketegori sangat kurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mereka dalam menyusun paragraf tergolong dalam kategori  sangat kurang.
Bardasarkan uraian di atas, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada aspek penggunaan paragaraf merupakan nilai terendah. Kesalahan yang sering terjadi adalah tidak adanya kesatuan gagasan dalam paragraf tersebut. Selain itu, ada pula karangan siswa yang terdiri lebih dari satu paragraf, tetapi paragraf tersebut belum belum memenuhi sayarat-sayarat paragraf yang baik. Dengan kata lain, paragraf itu belum ada kesatuan atau keutuhan gagasan, kepaduan susunan (koherensi), dan kelengkapan atau ketuntasan gagasan. Adapun contoh kesalahan penggunaan paragraf adalah sebagai berikut.

Contoh 1
(1) Pak Karim harus membuka usaha nya lebih besar lagi, untuk mebiayai pendidikan anaknya . (2) Adi memberi saran ” Bapak tidak usah kuatir , sekarang bantuan untuk pendidikan kita banyak sekali .(3) Mereka yang pinter akan diberikan beasiswa , malah ada yang disekolahkan keluar Negeri . (4) Kadang ** pembeli pak Karim cukup banyak , itulah yang menjadi suka dan kadang ** pak karim merasa kesepian , itulah dukanya . (5) Baiklah terimakasih pak , ya , nak .


Contoh (2)
(1) Pak karim sekarang tidak kuatir lagi. (2) Sebabnya bantuan untuk pendidikan sekarang sudah meningkat dan sering diberi beasiswa, bahkan ada juga dikirimkan ke luar negeri. (3) Sukanya Pak Karim jika pembeli ramai.


Contoh 3
Pada suatu hari ada seorang bakso yang sedang di wawan cari oleh seorang para kariawan. Dia bertanya kepada bapak itu. Bertanya apa !


Parangraf (1) di atas tidak memiliki kesatuan gagasan. Paragraf tersebut terdapat bukan satu gagasa utama, melainkan empat gagasa utama atau topik. Topik tersebut meliputi (1) ”Pak Karim harus membuka usahanya yang lebih besar lagi”, kalimat (2) dan (3) membicarakan saran si Adi untuk Pak Karim”, kalimat (4) membicarkan tentang suka dan duka pak Karim.” Selain itu, kalimat (5) Baiklah terimakasih pak , ya , nak juga merupakan gagasan baru. Gagasan pragraf ini bisa dikembangkan menjadi beberapa paragraf baru, seperti berikut.

Perbaikan (1a)
Adi memberi saran kepada Pak Karim. Pak Karim harus membuka usahanya yang lebih besar lagi untuk mebiayai pendidikan anaknya. Selain itu, dia juga menyarankan agar Pak Karim tidak usah kuatir  dengan biaya pendidikan sekarang  karena biaya untuk pendidikan kita itu sangat banyak. Sebagian  mereka yang pintar disekolahkan keluar negeri.


Perbaikan (1b)
Kadang-kadang pembeli bakso Pak Karim cukup banyak. Hal itu membuat dia menjadi senang. Sebaliknya, jika pembelinya sepi, beliau juga ikut sepi. Hal ini sudah biasa beliau alami.

         
Perbaikan (1c)
Si Adi mewawancarai Pak Karim hampir satu jam. Akhirnya, dia mengakhiri wawancaranya dengan mengucapkan terima kasih kapada Pak Karim. Pak Karim pun menjawab ucapan si Adi dengan senang hati.


Paragraf (2) terdiri atas dua gagasan utama. Kalimat  (1) ”Pak karim sekarang tidak kuatir lagi.”  dan (2)“ Sebabnya bantuan untuk pendidikan sekarang sudah meningkat dan sering diberi beasiswa, bahkan ada juga dikirimkan ke luar negeri.” membicarakan saran untuk Pak Karim. Kemudian, kalimat (3)  ”Sukanya Pak Karim jika pembeli ramai.” membicarakan tentang kesenangan Pak Karim.

Perbaikan (2a)
Pak Karim sekarang tidak usah kuatir lagi. Bantuan pendidikan kita sudah meningkat atau sering diberi beasiswa. Sebagian mereka yang pintar disekolahkan ke luar negeri.


Meskipun terdiri lebih dari satu kalimat, paragraf (3) belum tuntas atau tidak lengkap. Pikiran utama dalam paragraf tersebut belum dikembangan secara memadai. Paragraf tersebut lebih bersifat garis besar.  Dalam kalimat tersebut belum ada kalimat penjelas yang memaparkan tentang apa si pewawancara bertanya dan siapa penjual bakso itu atau pewawancara tersebut.
        
Perbaikan (3a)

Pada suatu hari, ada seorang penjual bakso diwawancarai oleh seorang pewawancara. Penjual bakso itu bernama Adi dan pewawancaranya bernama Pak  Karim. Dia bertanya kepada Bapak itu. Petanyaannya dimulai dengan menanyakan kisah perjalanan penjual bakso tersebut.
  

Umunya paragraf yang dikembangaka siswa tidak memiliki peryaratan sebuah paragraf yang baik, seperti tidak adanya kesatuan, kohesi atau penyatuan, kecukupan pengembangan, susuan yang berpola.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa mereka belum mampu mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara sebagaimana diharapkan. Ketidakmampuan ini terlihat pada aspek substansi dan aspek kebahasaan. Aspek substasi yang paling dominan terlihat adalah pada aspek kemampuan menyusun kronologis. Sedangkan aspek kebahasaan, para siswa umumnya belum mampu menggunakan ejaan secara benar, menggunakan diksi secara tepat, menata kalimat dengan efektif, dan menyusun paragraf  dengan baik. Pemakaian unsur ejaan, umumnya tanda baca dalam karangan siswa banyak ditemukan kesalahan. Penggunaan diksi pun masih kurang tepat. Penggunaan kalimat kebanyakan merupakan kalimat-kalimat yang tidak efektif. Selain itu, paragraf yang digunakan merupakan paragraf yang tidak memiliki syarat paragraf yang baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketidakmampuan siswa di SMP ini dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan teks wawancara terletak pada kedua aspek tersebut. Pertama adalah aspek substansi, yaitu ketidakmampuan mahami jenis karangan terutama karangan narasi. Selain itu juga karena ketidakmampuan mereka  menggunakan bahasa Indonesia yang benar sebagai sarana komunikasi tulis.

0 komentar: